Feeds:
Posts
Comments

Archive for June, 2009

Melanjutkan postingan Tower Crane sebelumnya, mengenai detailnya, saya akan coba mulai dengan memaparkan nama dari bagian-bagian tower crane. Ini penting mengingat betapa pentingnya kita untuk tahu bagian per bagian dari tower crane ,sehingga ketika akan menghitung berat dari bagian-bagian Tower Crane tersebut kita sudah tidak lagi bingung. Ini berlaku umum, sehingga kalaupun ada perbedaan nama dari salah satu bagian, saya rasa tidak akan jauh atau paling tidak fungsinya sama.

detail TC

Saya ulangi bahwa mengenal bagian-bagian ini penting, mengingat selanjutnya ,sebagai lingkup kontraktor, adalah memikirkan bagaimana pondasi strukturnya. Karena bagaimanapun, masing-masing bagian dari Tower Crane ini memiliki berat yang perlu diperhitungkan di dalam menentukan gaya dalam struktur. Gaya Dalam ini yang akan digunakan untuk mendesain pondasi bawahnya.

detail TC 1

rumus TC

Untuk mudahkannya, ada flowchart yang akan membantu menjelaskan.

flowchart TC

Semoga ada manfaatnya.

Read Full Post »

Pada pembahasan lalu, saya menjanjikan akan membahas perihal pengendalian material, bahan serta pengendalian upah. Namun sebelum kesana, mari kita berbicarakan hal lain terlebih dahulu.

Baiklah, dalam suatu proyek, hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah kemudahan akses dari stok material dan bahan terhadap area kerja yang hendak dilaksanakan. Akses cukup penting, mengingat suatu proyek dapat terkendala dari sisi waktu (baca : terlambat) salah satunya adalah faktor aksesibilitas tersebut.

Pada kesempatan kali ini saya tidak akan panjang lebar membahas mengenai aksesibilitas, hanya saja, saya ingin sedikit mengaitkan pentingnya suatu akses untuk kemudian membahas suatu alat yang dinamakan Tower Crane.

Tower Crane adalah suatu alat bantu yang ada hubungannya dengan akses bahan dan material konstruksi dalam suatu proyek. Bila dijabarkan lebih lanjut, fungsinya lebih dekat terhadap alat mobilisasi vertikal-horisontal yang amat sangat membantu didalam pelaksanaan pekerjaan struktur.

Visualisasinya seperti terlihat dibawah ini

Tower Crane (TC)

Tower crane 2

Mengenai proses pengadaannya, biasanya pendatangan Tower Crane ini sendiri berasal dari seorang pemborong. Dan seperti halnya seorang pemborong, tower Crane ini disewakan dengan sebuah harga yang didalamnya sudah terlingkup elemen biaya kirim (transportasi sampai ke lokasi), metode (pemasangan dan pembongkaran) serta pemulangan (transportasi sampai ke tempat nya semula).

Pemborong ini bisa jadi pemilik asli dari tower crane, atau bisa juga hanya makelar, yang mengusahakan alat tersebut tapi bukan miliknya. Pengaruhnya biasanya ke harga yang mereka (pemborong) tawarkan ke kontraktor. Umumnya kalau alat milik sendiri, harga yang ditawarkan masih relatif murah, namun kebanyakan pemborong tidak punya alat sendiri, mereka hanya semacam makelar yang dicharge sekaligus biaya pemasangan dan pembongkaran sehingga pada dasarnya harga lump sump sewanya cukup tinggi. Lump sump adalah pengertian dimana biaya ditotalkan diawal, sehingga ditengah-tengah tempo sewa, pemborong tidak berhak menambah harga sewa karena suatu hal.

Mengenai struktur atas nya, tower Crane ini terbuat dari material baja. Sebagaimana dapat dilihat, struktur tower crane ini sudah baku dan standar, dan standar ini biasanya sudah berasal dari fabrikan pembuat tower crane tersebut. Bahkan ada brosur yang memuat prinsip perencanaan dari Tower Crane tersebut, bisa dikatakan semacam manual book. Jadi kita tidak bisa merubah sesuka kita rangka-rangka/ modul tower crane tersebut.

Akan tetapi, yang bisa kita (baca: kontraktor) lakukan, terkait dengan efisiensi, adalah mendesain struktur bawahnya. Karena struktur bawah / pondasi dari Tower Crane tersebut biasanya ,meskipun sudah tertera di brosur, kita masih diperkenankan melakukan analisis untuk menghemat biaya total pelaksanaan. Sebagai catatan bahwa biasanya biaya pembuatan pondasi Tower Crane tidak termasuk dalam kontrak dengan pemborong.

Mengenai detail perencanaan pondasi Tower Crane, akan saya coba bahas setelah postingan awal ini.

Semoga ada manfaatnya.

Read Full Post »

Dahulu saya masih ingat, ‘Hari-hari omong Kosong’ adalah suatu kepanjangan yang diberikan kepada nama salah satu orang besar di jaman orde baru. Orang tersebut dijuluki demikian, karena nyatanya hanya pembicaraan tanpa realisasi saja yang dilakukannya setiap hari. Dahulu, mendengar beliau ini berbicara, pastinya itu hanya wacana saja, peduli setan apakah dikerjakan atau tidak olehnya.

Belakangan ini saya pun jadi sering mendengar istilah NATO. ‘No Action Talk Only’. Indikasinya sama. Sarkas memang, namun sebaiknya memang kita jangan menjadikan istilah yang sarkas ini justru untuk mengkritik orang saja.

Istilah NATO ini bisa kita jadikan alat introspeksi diri yang baik. Sangat perlu bahkan. Mengingat jaman sekarang, disaat negara masih berada pada kondisi krisis, hal yang penting untuk dikedepankan adalah suatu niatan baik yang kemudian direalisasikan dengan benar.

Kritik memang alat yang baik untuk meluruskan. Namun repotnya bila kritik justru dijadikan komoditas politik suatu pihak untuk menggulingkan pihak lainnya. Terlebih bila pihak yang mengkritik tersebut tidak pernah berkaca pada dirinya sendiri. Kritiknya tersebut biasanya hanya sekedar mengungkapkan kesalahan tanpa ada solusinya. Itu baru Repot. Repot, mengingat jaman sekarang yang kita butuh adalah kebersamaan, bukan saling menyalahkan dan menjatuhkan.

Suatu hari, ketika melihat suatu acara di televisi. Saya,secara tidak sengaja, menyaksikan sebuah pertunjukan atraksi tanpa mantra dengan Judul the Master. Acara itu adalah suatu live show yang mempertunjukkan kebolehan para calon master magician.  Yang menarik untuk saya ketika itu adalah adanya sosok peserta yang tidak sama sekali berbicara ( baca : diam membisu ) pada saat mempertunjukkan kebolehannya. Dari awal sampai akhir, ketika itu saya perhatikan hanya bahasa tubuh dan tingkahnya saja yang menyiratkan pertunjukan, mulutnya sama sekali terkunci, rapat bak peti harta karun milik para bajak laut.

Kata pembawa acaranya ketika itu, si diam itu bernama Limbad. Ada komentar dari salah satu juri yang mengatakan bahwa Limbad sedang berpuisi dalam gerak, indah sekali. Dia sama sekali tidak bicara, bahkan ketika dikomentari dan ditanya oleh para dewan juri.

limbad

Terlepas dari pro dan kontra dari aksi fakir magic nya, menurut saya, sosok Limbad ini sangat menarik. Diamnya Limbad bukan diam sembarangan. Meski tidak banyak bicara, tingkah dan aksinya sangat nyata dan memukau. Menurut saya, lagi-lagi, diamnya bukan diam sembarangan, diamnya adalah diam emas.

Menurut saya, kenapa kita tidak mencoba belajar seperti limbad ini. Belajar untuk tidak banyak bicara, belajar untuk banyak berbuat dan belajar untuk lebih banyak mendengarkan orang lain. Mungkin tidak seharusnya kita jadi diam seribu bahasa, tapi rasa-rasanya dengan mengurangi pembicaraan yang tidak perlu dan kata-kata yang menyakiti orang lain, sudah lebih dari cukup kontribusinya terhadap kemajuan negara kita. Karena lagi-lagi, negara kita sudah terlalu banyak orang yang pintar bicara. Tapi yang sanggup mendengar dan melaksanakan apa yang dibicarakan, itu yang sedikit. Sedikit sekali bahkan.

Untuk Indonesia yang lebih baik. Mari kita belajar sedikit bicara,tapi banyak berbuat, banyak medengar dan mengurangi kata-kata yang tidak perlu serta kalimat-kalimat yang menyakiti orang lain.

Semoga ada manfaatnya.

Read Full Post »

Masalah klasik yang ada di ibukota ini salah satunya adalah masalah kemacetan lalu lintas. Antrian panjang kendaraan di jalan yang senantiasa menggerogoti produktifitas warga-warga ibukota dan sekitarnya,yang mau tidak mau berimbas pada terhambatnya pertumbuhan perekonomian nasional. Atau bila kita sedikit teliti mengkaji efek bahan bakar yang dikonsumsi saat terjadi kemacetan, maka konsumsi bahan bakar tersebut pun akan jauh meningkat. Belum lagi efek polusi, dsb.

Jalan yang seharusnya menjadi sarana penghubung utama dalam beraktivitas warga ibukota, sekarang cenderung menjadi momok yang menakutkan ketika hendak berpergian keluar. Berpergian untuk melakukan transaksi bisnis atau hanya untuk sekedar jalan-jalan dan rekreasi serasa selalu dibayang-bayangi hantu kemacetan dan antrian kendaraan bermotor.

traffic2

Normalnya, terjadinya suatu kemacetan lalu lintas itu disebabkan oleh meningkatnya volume lalu lintas yang tidak diimbangi dengan bertambahnya kapasitas jalan yang memadai. Namun nyatanya, tidak jarang kemacetan lalu lintas justru disebabkan oleh hal-hal yang dirasa sepele dan seharusnya tidak perlu terjadi. Saya ambil contoh ruas di sepanjang jalan Lenteng Agung, arah ke jakarta dari depok.

LA1

Hal yang seharusnya tidak perlu terjadi adalah kemacetan akibat para penyeberang jalan di dekat Stasiun Lenteng Agung. Kemacetan yang disebabkan para penyeberang jalan ini terjadi dan mengakibatkan antrian panjang (baca: jalanan padat merayap) dari area stasiun lenteng agung sampai dengan area Universitas Pancasila. Panjang antrian ini kurang lebih 1 Km, dan ini rutin tiap pagi, tiap hari dari hari senin sampai jumat. Khusus untuk hari libur, sabtu dan minggu, kemacetan beralih ke siang hari.

Menurut pendapat saya, kemacetan terkait para penyeberang jalan ini seharusnya tidak perlu terjadi. Ini bisa disiasati dengan dibangunnya jembatan penyeberangan orang dan diberlakukannya regulasi yang ketat agar para penyeberang jalan itu memanfaatkan jembatan yang nanti dibangun tersebut. Sistem seperti ini sangat mudah untuk diaplikasikan, dan manfaatnya jelas akan menghilangkan antrian panjang tersebut, atau minimnya akan mengurangi.

Sebagai ilustrasi, saya akan memperlihatkan role modelnya. Jembatan Ini murni hanya desain kasar dari saya. Posisinya saya posisikan tepat di jalan dekat area stasiun Lenteng Agung.

visualisasi LA belum ad jembatan1

Saya disini hanya menekankan sisi fungsi, yakni sebagai jembatan penyeberangan yang akan mengakomodir para penyeberang jalan, sehingga kemacetan jalan tidak terjadi di sepanjang ruas jalan dari Universitas Pancasila ke stasiun Lenteng Agung. Sisanya tinggal dibuat semacam regulasi yang memberlakukan sangsi bagi para penyeberang yang tidak memanfaatkan Jembatan Penyeberangan ini. Semoga ada manfaatnya.

Read Full Post »

Indonesia akan dibawa kemana kali ini? Pemilu presiden sudah hampir dekat. Kurang lebih sekitar 2,5 minggu lagi, hak pilih kita akan sama-sama diperadukan untuk menentukan nasib bangsa ini.

Pilihan kita periode ini ada 3. Ada yang mengaku berbudi, ada yang mengklaim dirinya cepat dan tanggap dan ada pula yang mewakili aspirasi dari wong cilik. Dan seperti layaknya penjual kecap, masing-masing dari ketiganya mengaku ‘kecap’ mereka adalah kecap yang baik terbaik.

pilpres 8 juli

Terlepas dari kenyataan bahwa ‘kecap-kecap’ mereka terbaik, mari kita cermati wajah polos bangsa kita ini.

Dahulu, sempat masuk istilah globalisasi di negara kita. Dari aspek ekonomi, sampai pada tataran teknologi, semuanya menjadi bergerak bebas masuk ke dalam negara kita. Sayangnya, bukan alih teknologi yang berhasil diterapkan, tapi malah bangsa kita terjerumus pada pola konsumtif teknologi. Sebut saja produk-produk elektronik yang terjual laris manis bak kacang goreng, belum lagi produk-produk kendaraan bermotor yang terlego habis (baca : meskipun ‘kredit’). Dan ironisnya, ini terjadi disaat meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan di negara kita.

Ada pula yang menyebut bahwa beras petani dalam negeri kalah bersaing dengan produk impor yang didatangkan oleh pemerintah. Bagaimana tidak, sesaat tuntutan pemerintah akan kualitas terbaik nyatanya tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana yang baik untuk para petani lokal.

Terlebih, pekerjaan rumah bangsa kita terkait korupsi masih menunggu. 🙂

Kembali ke permasalahan pilpres, dengan mencermati wajah polos bangsa kita, yang kompleks dan bisa dikatakan krisis (baca : multidimensi), ada baiknya kita cermat dan bijak dalam menentukan pilihan kita.

Mari kita perbanyak mencari, membaca, mendengar dan memilah serta mengklarifikasi segala informasi terkait dengan pilihan-pilihan yang ada pada periode kita kali ini. Mungkin bila ‘kecap-kecap’ yang mereka(para capres cawapres) tawarkan semuanya baik-baik, peran kita adalah membuka mata,hati dan pikiran untuk sama-sama melihat ‘kecap’ (baca: program kerja mereka) itu dengan kaca mata objektif.

Saya sedikit tambahkan, mungkin ada sebagian dari kita ,golongan yang merasa bahwa pilihan untuk periode kali ini tidak ada yang baik. Menurut pendapat saya, justru lebih tidak baik bila kita tidak memilih kali ini. Karena dengan begitu, kesempatan kita untuk berperan dalam menentukan nasib bangsa justru jatuh ketangan pihak yang tidak kita inginkan. Maka saya sarankan memilihlah. Meski pilihan itu buruk, pilihlah yang terbaik dari tiga yang buruk-buruk ini. 🙂

Read Full Post »

3

Melanjutkan postingan sebelumnya mengenai menghilangkan Mitos ‘Pengecoran Malam hari, sy buktikan bahwa ini tidak hanya sekedar isapan jempol. Bila komitmen dan tekad menghilangkan pengecoran malam dilakukan, hasilnya bahkan bisa diluar dari yang dibayangkan. Seperti halnya proyek saya. Pembangunan 2 gedung milik UIN di Ciputat Tangerang, yakni fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah dan gedung asrama UIN, berjalan diatas dari kinerja rencana.

Masa Pelaksanaan proyek ini kurang lebih 1 tahun, dimulai bulan Desember’08 dan direncanakan selesai pada akhir Desember’09. Faktanya berbicara, bahwa bulan Juni ini secara struktural 2 bangunan kami sudah hampir 100% selesai. Padahal kami mengerjakan 2 gedung. Masing-masing, sampai dengan ring balok (balok pada atap), berjumlah 6 lantai, dengan masing-masing lantai yang tidak typical. Bahkan Pembangunan floor to floor-nya kita berani sampai menargetkan 4 hari.

Memang bila dijabarkan, faktor percepatan ini tidak hanya berasal hanya dari menghilangkan mitos pengecoran malam saja, akan tetapi banyak hal yang turut mempengaruhi. Termasuk didalamnya mengenai pengendalian material (bahan), dan upah serta adanya pula inovasi-inovasi dalam hal metode guna percepatan proyek.

Terkait Pengendalian material dan bahan serta Inovasi-inovasi metode, akan saya coba jabarkan bila ada kesempatan. Ini semua tidak semata-mata hasil pemikiran saya murni, karena banyak pihak, terutama ‘Project Manager cerdas’ (Bpk. Ir. Nugraha Adi) lah yang turut banyak berfikir dan berencana. Semoga ada manfaatnya.

Read Full Post »

Build me a son, O Lord,
who will be strong enough to know when he is weak,
and brave enough to face him self when he is afraid;
one who will be proud and unbending in honest defeat,
and humble and gentle in victory.

Build me a son whose wishbone will not be
where his backbone should be;
a son who will know Thee- and that
to know himself is the foundation stone of knowledge.

Lead him, I pray, not in the path of ease and comfort,
but under the stress and spur of difficulties and challenge.
Here, let him learn to stand up in the storm;
here, let him team compassion for those who fall.

Build me a son whose heart will be clear, whose goals will be high;
a son who will master himself before he seeks to master other men;
one who will learn to laugh, yet never forget how to weep;
one who will reach into the future, yet never forget the past.

And after all these things are his,
add, I pray, enough of a sense of humor,
so that he may always be serious,
yet never take himself too seriously.

Give him humility, so that he may always remember
the simplicity of true greatness,
the open mind of true wisdom,
the meekness of true strength.

Then I, his father, will dare to whisper,
“I have not lived in vain.”

Read Full Post »

Dalam suatu proyek konstruksi, pengecoran adalah pekerjaan yang hampir tidak pernah terlewatkan. Pekerjaan Pengecoran ini biasanya dilakukan setelah dirampungkannya pekerjaan pemasangan bekisting dan pekerjaan pemasangan besi. Oleh sebab itu, hal yang perlu diperhatikan adalah kesiapan lahan dari para pekerja cor,dan ini berkaitan dengan ketersiapan lahan dari pekerja besi dan bekisting.

Umumnya, kegiatan pengecoran sering dilakukan pada malam hari. Dengan alasan bahwa transportasi dari armada beton (baca: mixer) lebih lancar pada malam hari, dan menghindari kemungkinan adanya kemacetan lalu lintas.

Namun Perlu diungkapkan bahwa kegiatan pengecoran pada malam hari ini sebetulnya berdampak tidak baik bagi siklus pekerjaan dalam suatu proyek. Karena pertama, dengan adanya mitos pengecoran malam itu, semangat pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan pun bisa ikut terhambat. Kedua, ini bisa mengakibatkan semakin mundurnya suatu jadwal pekerjaan yang terkait sesudahnya. Ambil contoh pekerjaan instal bekisting,dan besi kolom pada suatu lantai. Pekerjaan tersebut baru bisa dilakukan setelah slab di lantai tersebut selesai di cor dan telah setting. Bila slab lantai tersebut baru dicor malam hari,maka instal bekisting dan besi kolom di lantai tersebut baru bisa dilaksanakan pagi harinya. Jadi terlambat 1 hari untuk penyelesaian rangkaian pekerjaan tersebut.

Namun, yang perlu dicermati adalah solusi dari masalah mitos ini. Hal ketidaklancaran dan kemacetan ini bisa diatasi dengan penambahan jumlah armada dari beton (mixer) yang ada. Jadi kegiatan pengecoran bisa tetap dilakukan meski masih siang atau sore hari. Yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah terkait volume kebutuhan cor dan volume yang perlu didatangkan. Karena penambahan armada ini sangat perlu untuk disesuaikan dengan volume kebutuhan cor tersebut.

foto cor

Ketika pekerjaan suatu proyek diprogramkan untuk berjalan cepat. Maka program tersebut harus secara komit didukung oleh scedule pekerjaan yang cepat pula. Ketika tim proyek komit untuk cepat, Tim proyek bisa menghilangkan mitos pengecoran malam, yakni dengan menyediakan lahan cor sebanyak mungkin. Karena hal yang akan dilakukan adalah menambah jumlah armada (mixer), yang pada akhirnya apabila didapatkan volume berlebih pada suatu area cor rencana, bisa dilarikan untuk mengecor di tempat lainnya yang juga telah siap. Jadi semacam siklus kejar mengejar diatara pekerja cor,bekisting,besi dan kemudian cor lagi.

zonasi kerja

Visualisasinya seperti terlihat diatas. Siklus Kejar mengejar antara cor, bekisting,besi dan cor lagi. Jadi mitos pengecoran malam bisa dihilangkan. Dan program percepatan dari proyek bisa terpenuhi.

Read Full Post »

Preamble

Ada pepatah mengatakan ‘tidak ada gading yang tak retak‘. Ini bisa diartikan bahwa sesuatu yang ada di dunia ini tidak ada yang mutlak sempurna. Segalanya bisa punya retak dan celah untuk salah.

Penyikapan akan hal ini, menurut saya, bisa 2 macam. Bila kita melihat dari kaca mata pertama, kita bisa punya persepsi bahwa menjalani kehidupan di dunia ini haruslah senantiasa rendah hati. Tidak angkuh dan sombong dengan kekuatan ataupun titipan kelebihan pada diri ini.

Kaca mata kedua adalah persepsi bahwa keretakan pada sebuah gading (baca: kehidupan) adalah suatu keniscayaan di dunia ini. Dan berbuat salah adalah suatu hal yang wajar untuk di lakukan setiap orang. Tidak terkecuali para alim ulama dan para cendekia dalam usahanya menyikap rahasia dan tabir dunia.

Namun ada yang teramat sangat untuk disayangkan, banyak kesalahan-kesalahan yang ada, yang mungkin wajar diperbuat oleh orang-orang, semakin hari semakin ditutup-tutupi. Kesalahan tampak menjadi suatu dosa yang nista bila terlihat oleh orang lain. Kesalahan menjadi terlalu sering di manipulasi dan ditutup-tutupi demi sebuah nama baik dan kesempurnaan semu. Tidak jarang pula suatu kesalahan ditutupi dengan pembenaran-pembenaran diri. Sampai pada titik dimana pembenaran-pembenaran yang dibuat sudah membohongi nurani pribadi. Celakanya bahkan kehilangan intuisi untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Padahal, bagaimana mungkin seseorang bisa belajar dan mengerti akan sesuatu hal baru kalau tidak berbuat salah. Atau minimnya belajar dari kesalahan yang dibuat orang lain.

Ok, sebagai penutup pembuka blog ini, saya hanya ingin berpendapat. Bahwa Yang baik itu bukannya tidak berbuat salah, tapi bagaimana tidak mengulangi kesalahan. Dan ini hanya bisa dilakukan bila kita mau belajar jujur pada diri sendiri.

Selamat menikmati Tukang insinyur,belajar jujur.
Welcome to the world of veracity, lets find a cold fact.together!!

Read Full Post »