Kota Semarang rupanya tidak serumit yang saya bayangkan. Kota dengan jajanan khas lumpia dan bandeng presto ini menyimpan keunikan pada jaringan jalannya.
Bila diperhatikan, pada jaringan jalan Kota Semarang ini kerap dijumpai persimpangan jalan sebidang yang saling berpotongan. Bahkan tidak tanggung-tanggung, persimpangan jalannya, ada yang sampai lima persimpangan. Contohnya seperti di Simpang Lima Semarang, dan simpangan di Tugu muda dekat lawang sewu.
Persimpangan-persimpangan yang ada tersebut saling terhubung satu sama lain. Hal ini kemudian membuat begitu banyak alternatif/pilihan jalur bagi pengguna jalan yang ingin berpergian menuju ke suatu tempat. Tidak seperti Kota Bandung ataupun Jakarta, yang terkadang, masih dijumpai jaringan jalan yang terputus atau keluar dari sistem, sehingga menyebabkan pengguna jalan harus menempuh jalan yang sama saat akan pulang-pergi ke suatu tempat.
Adanya jaringan persimpangan yang terintegrasi itulah yang lantas juga menyebabkan Kota Semarang menjadi relatif mudah untuk dihafalkan. Dan apabila kita mau, satu hari pun sebenarnya sudah cukup untuk kita mempelajari dan menghafal kota ini. Karena, sekalipun kita tersesat, dengan tinggal mengikuti arah arus, kita akan kembali ke tempat-asal-kita-pergi.
Hari ini, Sabtu, 20 Februari 2010, saya yang bertempat tinggal di Semarang Atas (Baca:Selatan,ke arah Ungaran), sudah berjalan-jalan sampai ke pecinan (Baca : Semarang arah ke utara) untuk melihat klenteng Cheng Ho. Tidak kurang, sorenya saya santap siang di Bakmi Jawa Pak Gareng yang terkenal ma’nyus.
Perjalanan saya ke Pecinan hari ini baru dimulai ba’da dzuhur. Setelah sebelumnya bertemu dengan mitra konsultan dan mitra kontraktor guna berdiskusi masalah ‘staging pengecoran’ pierhead Jembatan Susukan pada seksi 2 (baca:Gedawang-Penggaron).
Nb.
- Saya masih baru di Kota Semarang.
- Jalan-jalan saya ini bermodalkan sepeda motor megapro yang dikendarai bersama teman seperjuangan.
- Informasi mengenai Klenteng Cheng Ho, saya dapatkan dari teman saya yang bernama Julizar Kurniawan (baca:pak HJK). Yang sebetulnya sudah-lama-menjadi-sahabat-blogsaya-namun-belum-pernah-ketemu-sebelumnya, dan tanpa disangka-sangka dipertemukan di Semarang dengan perantara Proyek Jalan Tol Semarang-Bawen. Smoga kelancaran dan kemudahan menyertai beliau selama menyelesaikan tugasnya.Aamin. Smngt pak HJK!!
- Sebetulnya, Klenteng Cheng Ho yang dimaksud pak Julizar Kurniawan (baca:pak HJK) itu berlokasi di Simongan Gedong Batu, hanya saja karena keterbatasan waktu serta faktor kekhawatiran turun hujan, Klenteng Cheng Ho yang saya kunjungi hanya yang di daerah pecinan saja.
Ya betul p’Saga…p’Syafrizal berdiskusi dengan kami dulu sebelum berangkat menuju TMJ.
Selesainya, beliau pun bercerita hasil diskusi di TMJ bersama konsultan…termasuk bertemu dgn p’Saga.
Tks p’Saga atas do’anya…tentunya kesuksesan juga senantiasa mengikuti jejak langkah anak tangga karier p’Saga. Yang muda, yang berani, yang berkarya/ inovatif, yang…(dll).
Klenteng Pecinan ?!?! H h h…justru yang ini saya belum tau.
Salam,
HJK
iy betul pak HJK, kemarin itu dgn pak Syafrizal. 🙂
Aamin. iy,sm2 pak HJK.
iy,mengenai klenteng pecinan, saya mendapat informasi dari teman saya. kenalan sy wkt sy magang di kontraktor. Kebetulan bliau org semarang dan cukup dengan by phone arahan beliau untuk turun ke pecinan sbelum ke gedong batu. 🙂
stelah sy cross cek ke klenteng pecinan (baca:klenteng yg didepanny ad perahu besar mengambang di pinggir kali) , penjaga klenteng disana cerita bahwa salah satu patung yg oleh mereka dianggap dewa, setiap hari biasanya dibawa berkunjung ke gedong batu, baru kemudian dipulangkan ke klenteng di pecinan ini.
daerah pecinan ini selintas mirip wilayah glodok, atw yg dekat stasiun kota. Mayoritasnya warga keturunan dan cara beribadahny adalah dengan mendatangi klenteng. oleh sebab itu didaerah ini sgt bnyk ditemui klenteng.
cuman dr sekian bnyk klenteng, ad salah satu klenteng yg dihalaman depanny ad perahu besar yang mengambang di pinggir kali. klenteng itulah yg saya dan teman sy datangi pak HJK. 🙂
Semarang???
I miss Semarang so much!
Saga sekarang disana ya?
Kangen sekali, tempat yang menyenangkan, sepi, gak neko-neko, dan yang pasti murah meriah! 🙂
iy ranger, skrg di semarang ni.. 🙂
iy,dsini makananny relatif murah, relatif sepi dan relatif tenang. 🙂
sy juga merasa tempat ini layak untuk dirindukan.
Ok, p”Saga…kapan2 disela-sela kritisnya proyek, saya akan meluangkan waktu ke sana.
Insya-Allah malam ini jam 00.00 sampai besok pagi ada rencana pengecoran P2 – 750 m3….mau ikutan lembur ???
Salam.
waduh,maaf pak izar, sy br lihat komen ny.
iy, lain waktu sy ngikut pak. 🙂
hayyo..mboten pareng nakalan disana…
coba di liput : Daerah Sunan Kuning waktu malam. Kawasan Wisata Gunung Ungaran…wkwkwk…
ola pak miko, monggo pinara’.
he2,sing mboten2 ae.. 🙂 memang ad ap dsana boi?
btw cem mana kbr tangerang?
crita2 di milis, biar rame.. 🙂
hahaha..enjih, kapan2 kulo pinara’….
waah, kalo lokasi yang saya sebutkan adalah sisi gelap semarang..sebaiknya menjauh aja bung, just need to know 🙂 ..
Tangerang Lancar Aman Terkendali……
sejauh ini disana bagai tambah keluarga baru….
pekerjaan bukan yang utama…
menikmati hidup dengan pekerjaan,itu yg utama..
wkwkwkwk (padahal ga ada kerjaan juga disini)
betul bung, btw msh srampang samba kan. ojo lali bung, mengko pas bali kabeh,kt mulai ngejazz lagii..
btw cr akses studio tangerang boi, biar kapan2 bs ksana for free. 🙂
waaahhhh…saya ingin sekali ke ungaran melihat candi gedong songo dan mampir ke semarang (tahun lalu pernah ke smarang tapi hanya dua jam saja itupun karena saya nyasar hehhhehehe…
boleh pak ada rekomnedasi lainnya?